August 27, 2016

20 Pertanyaan Keren Untuk Anak Sepulang Sekolah

20 Pertanyaan Keren Untuk Anak Sepulang Sekolah

Bertanya pada anak tentang kegiatan di sekolah mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Seorang ayah mengisahkan bagaimana pertanyaan yang biasa dilontarkan banyak orangtua ternyata kurang efektif untuk menggali bagaimana anak berperilaku di kelas. Seperti beberapa orangtua yang lain, sang ayah bertanya, “Gimana sekolahnya hari ini?” dan menemukan jawaban yang sama dari sang anak yang duduk di bangku SMP, “Baik, Yah.”

Namun saat mengecek rapor daring (online) atau hadir dalam pertemuan dengan guru di sekolah, sang ayah mendapatkan gambaran yang jauh berbeda dari jawaban “baik” dari si anak. Meskipun secara umum nilai ulangannya bagus, ia sering luput mengumpulkan tugas tepat waktu, dan hal tersebut membuat prestasi akademiknya menurun.

Agar tidak kehabisan ide dalam bertanya seputar kegiatan anak di sekolah – dan tidak melulu menanyakan hal yang sama setiap hari – saya memutuskan untuk mencari berbagai pertanyaan keren yang digunakan para pendidik sekaligus orangtua sepulang anak sekolah. Liz Evans, seorang mantan guru, blogger, sekaligus ibu dari tiga anak menuliskan dua artikel berisi puluhan pertanyaan keren. Saya sendiri akan mencoba mencuplik 20 pertanyaan paling keren yang bisa Ayah Ibu tanyakan kepada anak sepulang sekolah.

  1. Siapa/apa yang membuatmu tertawa di sekolah hari ini?
  2. Siapa temanmu yang paling konyol di kelas? Mengapa ia konyol sekali?
  3. Apa tempat yang paling kamu sukai di sekolah?
  4. Di mana kamu paling sering menghabiskan waktu saat jam istirahat?
  5. Dengan siapa kamu bermain/beraktivitas di jam istirahat?
  6. Apa kata/cerita aneh yang kamu dengar hari ini?
  7. Apa topik yang sedang hangat dibicarakan oleh teman-temanmu?
  8. Siapa yang kamu bantu hari ini? Apa yang kamu lakukan untuk membantunya?
  9. Siapa yang membantumu hari ini? Apa yang dia lakukan untuk membantumu?
  10. Kalau bisa memilih, kamu ingin duduk sebangku dengan siapa?
  11. Kalau ada murid baru datang untuk bertukar tempat dengan salah satu temanmu di kelas, siapa teman yang kamu pilih untuk bertukar tempat dengan murid baru tersebut? Mengapa?
  12. Adakah temanmu yang absen hari ini? Apakah suasana kelas berubah tanpa dia?
  13. Jika besok kamu bisa belajar satu hal saja di kelas, apa pelajaran yang kamu pilih?
  14. Jika besok kamu bisa menjadi guru, topik/pelajaran apa yang ingin kamu ajarkan?
  15. Apa hal yang kamu tanyakan hari ini di kelas? Mengapa kamu menanyakannya?
  16. Jika kamu bisa mengubah hari ini ke dalam sebuah lagu, seperti apa kira-kira nadanya? Bernada gembira? Sedih? Datar-datar saja? Santai?
  17. Hal apa yang paling kamu nantikan hari ini di sekolah? Apakah hal tersebut terjadi/tidak? Bagaimana perasaanmu?
  18. Hal apa yang bisa lebih sering kamu lakukan di sekolah?
  19. Kegiatan apa yang mungkin tidak perlu kamu ulangi di sekolah?
  20. Kalau nanti gurumu datang ke rumah, kira-kira apa yang beliau ceritakan pada Ayah Ibu?

ada kutipan : orang cerdas dikenal dari jawaban-jawabannya sedangkan Orang bijak dikenal dari pertanyaan-pertanyaannya. Bagaimana  dengan anda ?

sumber : unknown


Urutan logika siklus nakalnya anak

Untuk segenap orang tua!.
Refleksi luar biasa dari Mas Agus Zainal Arifin (Dekan TI ITS dan penggagas tren sain tebuireng) bagi para orang tua maupun dosen/guru yang untuk sementara waktu berprofesi sebagai pengganti orang tua di rumah. Selamat menghayati dan mengamalkan (afs)

Urutan logika siklus nakalnya anak dengan tidak bijaknya orang tua itu begini:
* Karena anaknya nakal, maka orang tuanya murka.
* Karena orang tuanya murka, maka Tuhan juga murka.
* Karena Tuhan murka, maka tidak turun rahmat di rumah itu
* Karena tidak turun rahmat di rumah itu, maka keluarga itu akan banyak masalah.
* Karena keluarga itu banyak masalah, maka anaknya tidak merasakan kebahagiaan dan tidak nyaman, sehingga akan makin nakal.

Prinsip inti siklusnya sebenarnya masih pada orang tua, yakni:
* Ridlo Allah berada pada ridlonya orang tua.
* Murka Allah berada pada murkanya orang tua.

Maka strategi paling efisien untuk memutus rangkaian siklus itu, Insya Allah ada pada bagian awal, yakni mencegah orang tua murka. Bila orang tua segera menghadapi anaknya dengan kasih sayang dan tidak dengan kemurkaan, maka orang tua itu menunjukkan kepada Tuhan bahwa mereka berdua ridlo kepada anaknya. Tentu bukan ridlo terhadap kenakalannya, melainkan ridlo kepada diri anaknya.

Dengan memastikan ridlo kepada anak, maka orang tua akan dapat melakukan 3 tahap ini:
1.  Segera memaafkan anaknya, tidak memarahinya sama sekali, dan segera berusaha memahami situasi apa yang sedang dihadapi anaknya.
2. Segera menemui, berdialog, dan turut mendiskusikan solusi terbaik apa yang harus diambil oleh anak, orang tua, atau pihak lainnya, sambil terus mendoakannya.
3. Segera melupakan segala kesalahan anaknya tadi dan tidak mengungkit-ungkitnya kembali.

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Bila kalian memaafkannya, menemuinya, dan melupakan kesalahannya, maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS 64:14.

Dengan konversi murka menjadi ridlo, maka sekarang siklusnya jadi begini
* Suatu hari anak itu nakal. Orang tuanya segera melakukan 3 tahap itu dengan penuh kasih sayang, sebagai wujud keridloan mereka kepada anaknya.
* Karena orang tua anak itu ridlo, maka Tuhan meridloinya.
* Karena Tuhan meridloinya, maka rumah yang penuh ridlo itu dirahmati Tuhan.
* Karena rumah itu penuh rahmat Tuhan, maka keluarga itu penuh kasih sayang, sehingga jadi makin bahagia.
* Karena keluarga itu bahagia, maka anak tidak akan sempat lagi nakal, sebab setiap masalah hidupnya selalu segera mendapat solusi.

Jadi pada setiap kenakalan anak, (mohon maaf) lokasi perbaikannya sesungguhnya bukan pada anak, melainkan pada orang tuanya si anak.... semoga bermanfaat.

Urutan logika siklus nakalnya anak

Untuk segenap orang tua!.
Refleksi luar biasa dari Mas Agus Zainal Arifin (Dekan TI ITS dan penggagas tren sain tebuireng) bagi para orang tua maupun dosen/guru yang untuk sementara waktu berprofesi sebagai pengganti orang tua di rumah. Selamat menghayati dan mengamalkan (afs)

Urutan logika siklus nakalnya anak dengan tidak bijaknya orang tua itu begini:
* Karena anaknya nakal, maka orang tuanya murka.
* Karena orang tuanya murka, maka Tuhan juga murka.
* Karena Tuhan murka, maka tidak turun rahmat di rumah itu
* Karena tidak turun rahmat di rumah itu, maka keluarga itu akan banyak masalah.
* Karena keluarga itu banyak masalah, maka anaknya tidak merasakan kebahagiaan dan tidak nyaman, sehingga akan makin nakal.

Prinsip inti siklusnya sebenarnya masih pada orang tua, yakni:
* Ridlo Allah berada pada ridlonya orang tua.
* Murka Allah berada pada murkanya orang tua.

Maka strategi paling efisien untuk memutus rangkaian siklus itu, Insya Allah ada pada bagian awal, yakni mencegah orang tua murka. Bila orang tua segera menghadapi anaknya dengan kasih sayang dan tidak dengan kemurkaan, maka orang tua itu menunjukkan kepada Tuhan bahwa mereka berdua ridlo kepada anaknya. Tentu bukan ridlo terhadap kenakalannya, melainkan ridlo kepada diri anaknya.

Dengan memastikan ridlo kepada anak, maka orang tua akan dapat melakukan 3 tahap ini:
1.  Segera memaafkan anaknya, tidak memarahinya sama sekali, dan segera berusaha memahami situasi apa yang sedang dihadapi anaknya.
2. Segera menemui, berdialog, dan turut mendiskusikan solusi terbaik apa yang harus diambil oleh anak, orang tua, atau pihak lainnya, sambil terus mendoakannya.
3. Segera melupakan segala kesalahan anaknya tadi dan tidak mengungkit-ungkitnya kembali.

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Bila kalian memaafkannya, menemuinya, dan melupakan kesalahannya, maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS 64:14.

Dengan konversi murka menjadi ridlo, maka sekarang siklusnya jadi begini
* Suatu hari anak itu nakal. Orang tuanya segera melakukan 3 tahap itu dengan penuh kasih sayang, sebagai wujud keridloan mereka kepada anaknya.
* Karena orang tua anak itu ridlo, maka Tuhan meridloinya.
* Karena Tuhan meridloinya, maka rumah yang penuh ridlo itu dirahmati Tuhan.
* Karena rumah itu penuh rahmat Tuhan, maka keluarga itu penuh kasih sayang, sehingga jadi makin bahagia.
* Karena keluarga itu bahagia, maka anak tidak akan sempat lagi nakal, sebab setiap masalah hidupnya selalu segera mendapat solusi.

Jadi pada setiap kenakalan anak, (mohon maaf) lokasi perbaikannya sesungguhnya bukan pada anak, melainkan pada orang tuanya si anak.... semoga bermanfaat.

August 26, 2016

Jangan Mainkan Semua Peran

By  : Ibu Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)

Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .

Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.

ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,

Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".

#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".

#Tali sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".

#Kecipratan sedikit minyak
"Sudah sini, Mama aja yang masak".

Kapan anaknya bisa?

Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,
Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?

Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.

Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.

Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas mnyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.

Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.

Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.

AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT

Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.

So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...

Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.

Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?

Bisa2 anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.

Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.

Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.

Selamat berjuang untuk mencetak pribadi yg kokoh dan mandiri .....

https://ihei.wordpress.com/2016/08/09/jangan-mainkan-semua-peran/

Latest Post

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai?

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai? Pernikahan adalah momen paling berharga dalam kehidupan,  Tetapi terkada...