September 4, 2020

Mentalitas Silo itu bisa bikin salah ambil keputusan

 Mentalitas Silo itu bisa bikin salah ambil keputusan 


Dalam dunia persilatan bisnis, kita mengenal istilah mentalitas silo, yang kalo ahjumma artikan itu adalah mentalitas terkotak-kotak dalam organisasi perusahaan. Silo biasanya terjadi dalam perusahaan besar yang struktur organisasinya dibagi ke dalam beberapa divisi (struktur organisasinya jenis matriks). Tetapi tidak menutup kemungkinan silo terjadi pada perusahaan dengan struktur organisasi fungsional atau perusahaan kecil yang jumlah pegawainya lebih sedikit.

Artinya terkotak-kotak adalah saat seorang pegawai lebih mementingkan divisinya, atau kelompoknya sendiri dan tidak mau tahu, acuh tak acuh tentang divisi lain, meskipun ada di dalam satu perusahaan.

Misalnya Dividi Produk A hanya peduli akan perkembangan divisinya saja, tidak berinteraksi dengan Divisi Produk B atau bahkan Divisi fungsional misalnya HRD atau Administrasi sehingga menghasilkan pola pikir yang dangkal, dan berakhir pada kesalahan dalam pengambilan keputusan.


Mengutip tulisan Patrick Lencioni dalam bukunya “Silos, Politics, and Turf Wars”, memiliki solusi untuk mengatasi mentalitas silo ini yaitu dengan menetapkan thematic goals atau tujuan tematis, atau ahjumma terjemahkan sebagai tema strategis yang akan diturunkan menjadi objectives dan standar operating objectives.

Menurut Lencioni, Thematic goals ini harus :

1.       Terdiri dari satu tema yang berlaku untuk satu periode tertentu.

2.       bersifat kualitatif yang tidak diukur dengan angka dan berupa satu kata kerja yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai secara umum.

3.       Berlaku dalam jangka waktu tertentu tergantung siklus bisnis dan situasi perusahaan

4.   Dbagikan kepada seluruh anggota organisasi / pegawai di perusahaan. Artinya, tema strategis tersebut berlaku bagi semua orang di dalam perusahaan dan masing2 memiliki tanggungjawab di dalam merealisasikannya.

Lencioni kemudian  memberikan contoh pada perusahaan Farmasi yang disituasikan mengakuisisi perusahaan baru untuk produksi obat anti cholesterol. 

Apa thematic goal-nya : Menyelesaikan proses merger.

Defining Objectives : menetapkan strategi organisasi baru, membuat satu jargon marketing, membuat identitas perusahaan yang sama bagi kedua perusahaan yg sudah dimerger, menghapuskan produk yang kurang perform, menyatukan proses dan sistem back office.

Jangka waktu : 9 bulan

Standar operating objectives : Pendapatan, posisi pasar berdasarkan kategori produk, keuntungan per produk, perputaran pegawai, pengembangan produk baru dan jadwal persetujuannya.


Kolaborasi

Beberapa sumber mengatakan bahwa program kolaborasi antar divisi bisa menjadi salah satu solusi mengeliminasi mentalitas Silo, tentu saja harus diinisiasi oleh manajemen atas dan leaders masing-masing divisi dengan internalisasi konsep atau ide bahwa kolaborasi antar divisi akan membuka peluang meningkatkan value secara individu dan organisasi. 

Oke, demikian tulisan Ahjumma seputar mentalitas silo, mohon dimaklumi apabila terbatas pada sumber tulisan yang Ahjumma peroleh saat ini. Intinya adalah mentalitas silo itu selalu muncul  pada kebanyakan perusahaan besar dengan struktur organisasi yang lebih rumit dan belum memiliki budaya kolaborasi ataupun belum memiliki tema strategis yang sama salam 1 perusahaan, sehingga leader divisi yang memiliki mentalitas silo ini cenderung dangkal dan keputusan yang diambil tidak menguntungkan perusahaan.

Sampai saat ini, Ahjumma pribadi masih banyak menemui mentalitas Silo dimanapun Ahjumma berada.

 Bagaimanapun, jangan menunda untuk berbahagia yaa… berbahagialah sekarang πŸ˜„πŸ˜„

Latest Post

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai?

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai? Pernikahan adalah momen paling berharga dalam kehidupan,  Tetapi terkada...