Mentalitas Silo itu bisa bikin salah ambil keputusan
Artinya terkotak-kotak adalah saat seorang pegawai
lebih mementingkan divisinya, atau kelompoknya sendiri dan tidak mau tahu, acuh
tak acuh tentang divisi lain, meskipun ada di dalam satu perusahaan.
Misalnya Dividi Produk A hanya peduli akan perkembangan divisinya saja, tidak berinteraksi dengan Divisi Produk B atau bahkan Divisi fungsional misalnya HRD atau Administrasi sehingga menghasilkan
pola pikir yang dangkal, dan berakhir pada kesalahan dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Lencioni, Thematic
goals ini harus :
1.
Terdiri dari satu tema yang
berlaku untuk satu periode tertentu.
2.
bersifat kualitatif yang tidak
diukur dengan angka dan berupa satu kata kerja yang merupakan cita-cita yang
ingin dicapai secara umum.
3.
Berlaku dalam jangka waktu
tertentu tergantung siklus bisnis dan situasi perusahaan
4. Dbagikan kepada seluruh
anggota organisasi / pegawai di perusahaan. Artinya, tema strategis tersebut
berlaku bagi semua orang di dalam perusahaan dan masing2 memiliki tanggungjawab
di dalam merealisasikannya.
Lencioni kemudian memberikan contoh pada perusahaan Farmasi yang
disituasikan mengakuisisi perusahaan baru untuk produksi obat anti cholesterol.
Apa thematic goal-nya : Menyelesaikan proses merger.
Defining Objectives : menetapkan strategi organisasi
baru, membuat satu jargon marketing, membuat identitas perusahaan yang sama
bagi kedua perusahaan yg sudah dimerger, menghapuskan produk yang kurang
perform, menyatukan proses dan sistem back office.
Jangka waktu : 9 bulan
Standar operating objectives : Pendapatan, posisi
pasar berdasarkan kategori produk, keuntungan per produk, perputaran pegawai,
pengembangan produk baru dan jadwal persetujuannya.
Kolaborasi
Beberapa sumber mengatakan bahwa program kolaborasi antar divisi bisa menjadi salah satu solusi mengeliminasi mentalitas Silo, tentu saja harus diinisiasi oleh manajemen atas dan leaders masing-masing divisi dengan internalisasi konsep atau ide bahwa kolaborasi antar divisi akan membuka peluang meningkatkan value secara individu dan organisasi.
Oke, demikian tulisan Ahjumma seputar mentalitas silo, mohon dimaklumi apabila terbatas pada sumber tulisan yang Ahjumma peroleh saat ini. Intinya adalah mentalitas silo itu selalu muncul pada kebanyakan perusahaan besar dengan struktur organisasi yang lebih rumit dan belum memiliki budaya kolaborasi ataupun belum memiliki tema strategis yang sama salam 1 perusahaan, sehingga leader divisi yang memiliki mentalitas silo ini cenderung dangkal dan keputusan yang diambil tidak menguntungkan perusahaan.
Sampai saat ini, Ahjumma pribadi masih banyak menemui
mentalitas Silo dimanapun Ahjumma berada.