June 4, 2013

Kompasiana.co.id : Dahlan Iskan effect” : Inspirasi Sebuah Style Kepemimpinan

Kompasiana.co.id
Badan Usaha Milik Negara yang memiliki aset 1300 Triliyun rupiah menjadikan badan usaha yang sangat strategis untuk menghasilkan laba yang berupa deviden serta pajak bagi Negara. Wacana privatisasi BUMN yang marak terdengar setelah kondisi krisis ekonomi tahun 1999 karena kondisi ekonomi Indonesia yang semakin memburuk dengan terlilit oleh utang IMF telah membuat banyak BUMN menjadi merugi. Dengan dijualkannya aset – aset negara untuk membayar utang pasca krisis ekonomi 1999.



Era tersebut telah berlalu tetapi bisa kita jadikan sebuah pelajaran. Ketika negara sedang merugi, penjualan aset ke pihak asing atau private memang sangat mudah dilakukan dengan kondisi sosial, ekonomi, politik dan keamanan Indonesia yang sedang carut marut pada masa tersebut.

Tetapi apa yang terjadi setelah itu, orde reformasi yang sekarang menjadi era transisi demokrasi Indonesia. Banyak BUMN yang kembali satu per satu mulai merangkak naik. Salah satu yang terlihat adalah bagaimana strategi “Quantum Leap” yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia dengan membalikan kondisi equity korporasi yang negatif menjadi kembali positif bahkan dalam kondisi persaingan pasar di dunia penerbangan yang semakin kompetitif di tengah bermunculannya airline – airline baru di tanah air. Patut diapresiasi transformasi korporasi yang dilakukan oleh Garuda Indonesia bisa kembali menjadi market leader di dunia penerbangan nasional hingga saat ini.

Selain Garuda indonesia, PT. Telkom Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan perkembangan industri ICT yang pesat di Dunia. Maka strategi perusahaan dengan merubah image branding telkom dari master brand menjadi perusahaan holding company dengan branding “Telkom Indonesia” yang membawahi beberapa anak - anak perusahaan. Serta penetrasi di dunia ICT melalui inovasi pengembangan produk dan infrastruktur jaringan. Bahkan tahun ini PT. Telkom Indonesia berupaya melakukan ekspansi bisnisnya ke Malaysia dan Timor Leste. Hal ini terbukti cukup sukes ditengah banyaknya operator - operator telekomunikasi yang semakin banyak bermunculan di Indonesia.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang selalu mengalami kerugian dan malah berganti nama menjadi Perusahaan Lilin Negara. Karena PLN selalu merugi dan imbasnya adalah sering terjadi pemadaman listrik di beberapa wilayah Indonesia. Ketika berada di bawah kepemimpinan Dahlan Iskan PLN menjadi perusahaan yang dinamis, mengutamakan kinerja anak muda serta debirokratisasi untuk merampingkan organisasi PLN dengan memangkas 1 layer struktur organisasi. Pendekatan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan dengan karyawan PLN juga terbilang cukup unik. Mengingat beliau adalah mantan wartawan maka strategi dimana penyebaran informasi berasal langsung dari seseorang dan disebarkan ke orang-orang yang lainnya secara merata. Cara yang dipakai melalui groupware yaitu dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti CEO’s Note untuk dapat mengakomodasi pertukaran pengetahuan dan informasi di dalam perusahaan PLN tersebut. Dalam menjalankan strategi knowledge management tsb, ada beberapa isu yang menjadi pertimbangan Dahlan Iskan. Isu-isu tersebut antara lain mewujudkan perubahan cepat dalam diri PLN dengan gebrakan bebas “Byar Pet” atau mati lampu mendadak se-Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan mengembalikan citra PLN yang terlanjur dianggap buruk oleh masyarakat.

Perubahan yang sangat besar terjadi pada PT. Pos Indonesia dibawah kepemimpinan pak I Ketut Mardjana. Sebelumnya kita mengetahui PT. Pos Indonesia sebagai perusahaan pengantar surat – menyurat, wesel, telegram dll. Kini PT. Pos Indonesia ditengah kondisi teknologi yang semakin berkembang pesat dan jejaring sosial yang terkoneksi dimanapun dan kapanpun. Perusahaan ini menjelma menjadi sebuah perusahaan “Networking Company” dengan melakukan expansi bisnisnya menjadi perusahaan yang tidak hanya bergerak di bidang kurir dan jasa keuangan tetapi memperluas strategic core businessnya di bidang properti, logistik, retail sebagai unit – unit bisnis yang berbentuk holding investment. Sekarang nama “Kantor Pos” yang dahulu bermakna office diubah menjadi konsep branding.

Seiring dengan waktu terpilihnya pak Dahlan Iskan menjadi Meneg BUMN dengan tipe kepemimpinan yang genuine dan tampilan apa adanya. Serta prestasi yang ditunjukkan semasa menjadi Dirut PLN. Membuat efek resonansi dari kepemimpinan beliau menular ke beberapa BUMN di Indonesia. Contoh diatas adalah beberapa BUMN yang terbilang sukses melakukan transformasi korporasinya. Ide brilian lain dari beliau adalah ingin melakukan “holdingisasi” industri – industri strategis milik negara yang bergerak di bidang perkebunan (PT.PN), pupuk, semen dan kehutanan merupakan salah satu solusi bagaimana agar Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang sangat melimpah tidak hanya menjadi komoditi ekspor bahan baku semata tetapi juga mampu menghidupkan kembali industri dalam negeri sehingga mampu menjadi raja di negeri sendiri dengan melakukan program “hilirisasi industri”. Bahkan beberapa produk perkebunan seperti teh walini (anak perusahaan PT. PN IX) mampu membuat produk teh premium yang menjadi komoditas ekspor mancanegara.

Sekarang bagaimana dengan lembaga pemerintah apakah mampu melakukan transformasi seperti yang dilakukan BUMN?. Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari kembali menggeliatnya sektor – sektor perusahaan negara yang tadinya hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat serta identik dengan berbagai macam keluhan?. BUMN telah melakukan perubahan dengan Good Coorporate Govermentnya (GCG) sedangkan Institusi pemerintah dengan Reformasi Birokrasinya. Sampai saat ini apa dampak dari Reformasi Birokrasi yang didengung – dengungkan oleh pemerintah pusat?. Justru saya menilai Reformasi Birokrasi ini lebih kepada pembenahan dari internal organisasi , tapi bagaimana dengan customer eksternal?. Dirjen pajak sebagai institusi “leap stone” reformasi birokrasi nyatanya tidak memberikan pengaruh signifikan, malah kasus - kasus korupsi dengan tertangkapnya pegawai pajak terus menghiasi pemberitaan di televisi nasional. Bagaimana fokus dengan institusi pemerintah lain?. Seakan – akan sekarang KPK selalu “mengubek-ubek” dirjen pajak sebagai sarang korupsi. Padahal institusi pemerintah tidak hanya DJP yang melakukan reformasi birokrasi tetapi banyak institusi lain diluar dari pajak tidak terkontrol oleh KPK.

Dengan hadirnya tokoh pemimpin dalam birokrasi seperti pak Jokowi, apakah mungkin “Jokowi effect” juga dapat melahirkan pemimpin – pemimpin baru yang bisa menjadi estafet perubahan dalam dunia birokrasi?. Institusi pemerintah yang dicap masyarakat sebagai institusi yang kinerjanya lambat, ga melek IT, “kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit”, “bertele – tele”, sistem yang kaku dll. Tetapi saya yakin optimisme selalu ada agar birokrasi institusi pemerintah menjalankan culture seperti apa yang ada pada BUMN telah terjadi. Karena suatu organisasi akan hebat apabila ada tokoh pemimpin yang bisa dijadikan “role model” sebagai seorang yang bisa menginspirasi untuk melakukan gebrakan – gebrakan di dalam sistem. Selain itu juga bagaimana menata sumber daya manusianya (human resources). Karena dalam organisasi manusia adalah unsur penggerak yang penting dalam menentukan sukses atau tidaknya organisasi. Dengan menciptakan nilai – nilai dalam suatu sistem. Maka sistem pun akan bekerja seiring sejalan dengan nilai – nilai (value) yang ditanamkan dalam sistem tersebut dengan cara membungkusnya agar manusia bekerja mengikuti sistem. Tapi persoalan yang ada sekarang bagaimana orang mau menaati sistem (aturan) jika pemimpinnya tidak bisa memberikan inspirasi kepada bawahannya. Itulah pelajaran penting yang bisa diambil dari bagaimana korporasi melakukan perubahan sistem. Ditunjang dengan inspirasi kepemimpinan ala pak Dahlan Iskan dengan tampilan apa adanya dan pembangunan karakter (character building) manusia yang ada di dalam organisasi tersebut melalui penanaman nilai – nilai dalam bekerja maka bermunculanlah kader – kader pemimpin baru yang mampu menjadi estafet perubahan dalam BUMN.

Saya mau mengutip akhir tulisan ini dengan sebuah quote guru besar manajemen dari Universitas Indonesia yang mengatakan bahwa “Negeri ini tidak membutuhkan pemimpin yang pandai dalam menyusun program – program dan rencana – rencana kerja. Tetapi negeri ini membutuhkan pemimpin yang mampu mengeksekusi semua itu menjadi sebuah tindakan - tindakan yang nyata untuk masyarakat”. Itulah sebabnya bagaimana kepemimpinan dari pak Jokowi dan Dahlan Iskan dianggap sukses oleh masyarakat, karena keduanya telah membuktikan pemimpin yang tampil dengan apa adanya (natural) tapi mampu melakukan gebrakan - gebrakan yang luar biasa tidak dengan janji – janji belaka. Itulah karakter kepemimpinan yang dibutuhkan oleh negeri ini di masa yang akan datang. Masyarakat sudah mulai lelah dan jenuh dengan janji – janji dan program – program yang hanya ada di atas kertas tetapi tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Semoga generasi – generasi muda dapat menginspirasi style kepemimpinan beliau karena bagaimanapun masa depan negeri ini ada pada generasi mudanya. Negara ini membutuhkan jokowi – jokowi dan DI – DI baru agar Indonesia akan terus maju dan mampu bersaing di dunia Internasional serta mampu menjadi raja di negeri sendiri.

No comments:

Post a Comment

Latest Post

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai?

Bridesmaid: Ekspektasi vs. Realita, Mengapa Terkadang Tidak Sesuai? Pernikahan adalah momen paling berharga dalam kehidupan,  Tetapi terkada...